manusia makhluk belajar


اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.s Surat Al-Alaq:1-5)

ayat di atas, mengandung pesan ontologis tentang belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini, nabi Muhammad Saw, yang ummi (buta huruf aksara) melalui ayat tersebut. Ia diperintahkan untuk belajar membaca. Yang dibaca itu obyeknya bermacam-macam, dan ayat-ayat yang tertulis (ayat al-qur’aniyah), dan ada pula ayatayat yang tidak tertulis (ayat al-kawniyah)

Hasil yang ditimbulkan dengan usaha belajar membaca ayat-ayat qur’aniyah, dapat menghasilkan ilmu agama seperti fikih, tauhid, akhlak dan semacamnya. Sedangkan hasil yang ditimbulkan dengan usaha membaca ayat-ayat kawniyah, dapat menghasilkan sains seperti fisika, biologi, kimia, astronomi, dan semacamnya. Dapat dirumuskan bahwa ilmu yang bersumber dari ayat-ayat qur’aniyah dan kawniyah, harus diperoleh melalui proses belajar membaca.
Timbul pertanyaan, mengapa kata iqra’ atau perintah membaca sederatan ayat di atas terulang dua kali yakni pada ayat 1 dan 3. Jawabannya antara lain menurut M. Quraish Shihab bahwa perintah pertama dimaksudkan sebagai perintah belajar tentang sesuatu yang belum diketahui, sedang yang kedua perintah untuk mengajarkan ilmu kepada orang lain.
Ini mengindikasikan bahwa dalam proses belajar dan pembelajaran dituntut adanya usaha yang maksimal dan memfungsikan segala komponen berupa alat-alat potensial yang ada pada diri manusia. Setelah ilmu tersebut diperoleh melalui pembelajaran, maka amanat selanjutnya adalah mengajarkan ilmu tersebut, dengan cara tetap memfungsikan segala potensi tersebut.

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).

Istilah belajar adalah sebagai upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru dan lain sebagainya. Dengan kata lain, belajar sebagai kegiatan psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran adalah usaha kondusif agar langsung berlangsung kegiatan belajar dan menyangkut transfer of knowledge, serta mendidik.6 Dengan demikian, belajar dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, dimana keduanya merupakan interaksi edukatif yang memiliki norma-norma. Istilah belajar dan pembelajaran dapat diartikan sebagai konsep taklim dan Islam. Taklim berasal dari kata ‘allama, yuallimu, ta’liman. Istilah taklim pada umumnya berkonotasi dengan tarbiyah, tadris, dan ta’dib,7 meskipun bila ditelusuri secara mendalam maka istilah tersebut akan terjadi perbedaan makna. Perintah untuk taklim banyak dalil yang menjelaskannya, baik dari sumber Alquran maupun hadis Nabi Muhammad saw. Misalnya hal-hal yang berkaitan dengan orang-orang yang menuntut ilmu pengetahuan, perbedaan orang yang belajar dengan yang tidak, atau melalui hadis-hadis Nabi Muhammad saw., pentingnya menuntun ilmu pengetahuan sekalipun sampai ke negeri Cina.

kita sebagai manusia seharusnya semangat dan selalu berusaha semaksimal mungking dalam belajar. karena manusia diciptakan oleh allah tidak mempunyai pengetahuan apa apa dan harus belajar terkait segala sesuatu yang ada di sekitarnya.belajar tidak akan pernah ada ujungnya karena ilmu adalah sesuatu yang general dan tentunya selalu ada pembaruan.

Seoarang ustadz berkomentar bahwa pengetahuan manusia tentang manusia demikian itu disebabkan karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya terhadap roh ilahi, sedang manusia tidak di beri pengetahua tentang roh, kecuali sedikit. (QS. Al-Isra’,17:85)

Menurut H.M.Quraish Shihab, ada tiga istilah yang di gunakan al-quran untuk menunjuk kepad manusia:
1.      Manusia sebagai Al-Insan
Di dalam al-quran kata insan disebut sebanyak 65 kali dalam 63 ayat. Kata insan berasal dari kata “uns” yang berarti jinak, harmoni dan tumpah, dan ada pula yang berpendapat bahwa kata “uns” berasal dari kata “nasiya” yang berarti lupa, atau berasal dari kata nasa yanusu yang berarti guncang.
Selanjutnya, di dalam al-quran terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang manusia sebagai insan yang dikaitkan dengan berbagai kegiatan manusia. Kata insan terkadang digunakan untuk menjelaskan tentang kegiatan manusia dalam belajar (QS. 96:1-5 dan 55:1-3), sebagai makhluk yang memiliki musuh dan suka bermusuhan (QS. 12:5 dan 17:53), mahluk yang dapat mengola dan merencanakan waktu (QS. 103:1-3), makhluk yang dapat memikul amanat (QS. 33:72), sebagai makhluk yang dapat menanggung semua perbuatan yang di lakukanya (QS. 53:39, dan 79:35), yang memiliki komitmen moral (QS. 29:8, 31:14, dan 46:15), makhluk yang dapat bekerja dalam bidang peternakan (QS. 28:23 dan 25:49), yang dapat melakukan pelayaran (QS. 2:164), makhluk yang dapat mendaya gunakan logam besi (QS. 57:25), yang dapat melakukan perubahan sosial (QS. 3:140 dan 8:26).
Manusia insan adalah manusia yang dapat menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak di ketahui nya, dalam hal ini secar simbolis tuhan merupakan sebagai guru yang maha luas ilmu nya, atau Al-Alim.
Manusia insan sebagai kodratik, sebagi ciptaan tuhan yang maha sempurna bentuknya di bandingkan dengan makhluk lainnya.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dalam konstek insan merupakan kegiatan kebudayaan yang paling vital.

2.      Manusia sebagai Al- Basyar
Al- Basyar adalah manusia dalam kehidupan nya sehari-hari, yang berkaitan dengan kegiatan lahiriah, yang di pengaruhi oleh dorongan kodrat alamiahnya, seperti makan, minum, bersetubuh, dan mati mengakhiri kegiatanya.
Dari sisi lain banyak ayat al-quran yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
Insan basyar pada hakikat nya adalah manusia sebagai kesatuan yang membentuk kebudayaan. Kata insan dan basyar dipakai untuk sebutan manusia.

3.      Manusia sebagai Bani Adam atau Zuriyat Adam
Kata Adam atau Zuriyat Adam juga mengandung arti, bahwa manusia sebagai mahluk sosial. Seperti dalam quran surat (QS. Al-Isra’ 17:70).
Dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu tugas guru adah menggali potensi insan, basyar, dan al-nas yang dimiliki semua tersebut. Wewenang manusia di bidang pengetahuan, informasi, pandangan, keinginan, dan kecenderungan itu sangat luas dan tinggi.
Dengan melihat penjelasan yang di berikan al-quran dan para ulama, terlihat dengan jelas bahwa manusia memiliki kemampuan intelektual, spiritual, sosial, dan jasmani dengan berbagai cabangnya.
Informasi tentang manusia dengan berbagai potensi yang dimilikinya itu amat menolong manusia dalam rangka merancang kegiatan belajar  melaluyi strategi pembelajaran yang bersifat konsepsional dan tepat. Disinilah letak relevansi kajian tentang manusia dengan perumusan konsep pembelajaran.




Komentar

Postingan Populer