manusia dan teknologi
وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ تَفَكَّرُونَ
إِنَّمَا مَثَلُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا كَمَآءٍ أَنزَلْنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخْتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلْأَنْعَٰمُ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذَتِ ٱلْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَٱزَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَآ أَنَّهُمْ قَٰدِرُونَ عَلَيْهَآ أَتَىٰهَآ أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَٰهَا حَصِيدًا كَأَن لَّمْ تَغْنَ بِٱلْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Terjemah Arti: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir (Al-Jatsiyah: 13)
إِنَّمَا مَثَلُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا كَمَآءٍ أَنزَلْنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخْتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلْأَنْعَٰمُ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذَتِ ٱلْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَٱزَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَآ أَنَّهُمْ قَٰدِرُونَ عَلَيْهَآ أَتَىٰهَآ أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَٰهَا حَصِيدًا كَأَن لَّمْ تَغْنَ بِٱلْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Terjemah Arti: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.
dalam beberapa referensi yang saya baca kedua ayat diatas dalam pembahasannya terkait dengan manusia dan teknologi. pada ayat pertama yakni (Al-Jatsiyah: 13) dalam sebuah blog yang disandarkan kepada Prof. Dr. Quraish Shihab, MA dituliskan bahwa kalau merujuk pada al-Qur’an, kita menemukan banyak istilah yang mengacu maknanya kepada penciptaan dan kreasi baru yang lahir dari satu ide dan untuk tujuan tertentu. Salah satu di antara istilah tersebut adalah sakhkhara yang secara harfiah berarti menundukkan. QS. al-Jâtsiyah [45]: 13 menyatakan bahwa, “Apa yang di langit dan di bumi semuanya ditundukkan Allah untuk manusia.” Dengan potensi ilmu yang dianugerahkan Allah bersama penundukan yang dilakukan-Nya, manusia mampu meraih dengan mudah segala sesuatu yang terbentang di alam raya melalui keahlian di bidang teknik atau dengan kata lain, teknologi dan alat-alat yang dihasilkannya.
Dengan demikian, Islam mendukung pengembangan ilmu dan teknologi, tetapi ada dua hal pokok yang digarisbawahinya. Pertama: Harus selalu diingat bahwa yang “menundukkan” bukan manusia, tetapi Allah. Manusia dan alam raya semuanya di bawah kekuasaan-Nya dan Dia pula—bukan selain-Nya—yang menghubungkan partikel-partikel kecil sampai dengan yang terbesar, satu dengan yang lain dari seluruh bagian jagat raya ini. Karena itu, jangan pernah merasa bahwa keberhasilan yang diraih tanpa bantuan Allah, dan jangan juga tunduk diperhamba oleh hasil-hasil Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) karena jika demikian terjadi pemutarbalikan kedudukan. Bukankah alam raya ditundukkan Allah buat manusia, bukannya manusia yang tunduk kepada alam?
Kedua: Hasil yang diraih harus bermanfaat, bukan yang membahayakan. Jangan sampai manusia menjadi seperti kepompong yang membahayakan dirinya sendiri karena “kepandaiannya terbang”. Ini diingatkan-Nya karena QS. Yûnus [10]: 24 melukiskan bahwa satu ketika hasil-hasil teknologi akan menjadikan manusia lengah dan merasa mampu melakukan segala sesuatu, “Apabila bumi telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan penduduknya menduga bahwa mereka telah mampu menguasainya, ketika itu secara tiba-tiba datanglah siksa Allah.”
Tanda-tanda perkembangan Iptek menunjuk ke arah tersebut. Bahkan kini banyak yang melengahkan manusia dan menjadikannya melupakan Tuhan dan jati dirinya, bahkan membahayakannya. Memang kalau kehidupan hanya dinilai sebagai upaya menundukkan alam guna menciptakan kenyamanan hidup semata-mata atau menghalangi bencana alam sehingga manusia merasa bahwa Iptek dapat mengalahkan kekuatan Allah maka ketika itu jatuhlah palu godam ketetapan-Nya. Kewajiban kita menciptakan dan menggunakan teknologi yang seiring dengan nilai-nilai Ilahi, yang memadukan kenyamanan akal, ruhani, dan jasmani; pikir, zikir dan jasad; iman, ilmu, dan hikmah.
Terdapat juga referensi lain dari sebuah artikel dari mahasiswa pasca sarjana IAIN Ar-Raniry. Disana dikatakan bahwaTidak seorangpun dapat menyangkal bahwa di
dalam Al-Qur’an tidak hanya diletakkan dasar-dasar peraturan hidup manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan sang pencipta, dalam interaksinya sesama
manusia, dan dalam tindakannya terhadap alam di sekitarnya, tetapi juga
dinyatakan untuk apa manusia diciptakan. Di dalam AlQur’an disebutkan juga
garis besar tentang kejadian alam semesta, tentang penciptaan makhluk hidup,
termasuk manusia didorong hasrat ingin tahunya, dipacu akalnya untuk
menyelidiki segala apa yang ada di sekelilingnya.
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, Allah SWT memberi
bimbinganNya dengan memberi contoh apa saja yang dapat diamati dan untuk tujuan
apa pengamatan itu dilakukan, agar manusia selalu melakukan observasi untuk
mencari titik terang dari apa yang telah Allah gambarkan, karena alam semesta
dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai “
ayat-ayat Allah ”. Maka, meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan
sebagai “ membaca ayatullah ”.
Allah telah menggambarkan tentang teknologi
dalam Al-Qur’an, teknologi bagi para pendahulu kita (para utusan Allah). Hal
ini Allah gambarkan untuk kita jadikan bahan pembelajaran dan motivasi dalam
menguasai berbagai cabang ilmu.
Firman Allah yang berkaitan
tenang teknologi di antaranya dalam surat al-Anbiya 80-81: “ Dan telah Kami
ajarkan kepada Daud baju perisai untuk kamu, guna memeliharamu dalam
peperangan, maka tidakkah kamu bersyukur ? Dan bagi Sulaiman, angin yang
kencang tiupannya yang menghembus ke negeri yang telah Kami berkati, dan Kami
mengetahui tentang segala sesuatu ”.
Di dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa Nabi
Daud as diberitahu oleh Allah SWT tentang pembuatan baju pelindung yang dapat
digunakan dalam pertempuran. Dari pelajaran yang disampaikan Allah kepada Nabi
Daud ini dapat kita lihat perkembangan pembuatan baju besi yang dirancang
khusus untuk para prajurit dalam peperangan yang mereka hadapi baik itu berupa
topi besi, rompi anti peluru dan sebagainya, ini merupakan pengembangan dari
teknologi yang telah berabad-abad Allah ajarkan kepada nabi-Nya. Begitu juga
Nabi Sulaiman as, Allah telah menundukkan angin baginya, hingga ia dapat
melawat ke negeri sekitarnya. Dari gambaran yang Allah tunjukkan, kita bisa
melihat perkembangannya saat ini
berapa
banyak peralatan canggih yang dikembangkan hampir dari semuannya menggunakan
tenaga angin seperti kapal layar, kincir angin dan alat-alat berat sejenisnya.
Kalau di abad yang lalu, umat Islam hanya bisa meraba dan menerka saja jawaban
dari teknologi. Maka dalam abad ini kita telah melihat dengan mata kepala
sendiri bagaimana teknologi roket dan pengendalian elektronik yang canggih
telah berhasil melontarkan manusia sampai ke permukaan bulan dan
mengembalikannya ke bumi serta mengirimkannya pesawat-pesawat antariksa, yang
masing masing mempunyai misi tertntu. Al-Qur’an juga memberi tahu tentang sarana
transportasi tercanggih. Dalam Surat Yasin ayat 41-42 Allah berfirman: “ Dan
suatu tanda bagi mereka adalah bahwa Kami angkat keturunan mereka dalam bahtera
yang penuh dengan muatan dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka
kendarai seperti bahtera itu ”. Ayat tersebut menguraikan kekuasaan Allah yang
mengingatkan manusia tentang leluhurnya yang diselamatkan di atas perahu Nabi
Nuh as. Dalam ayat 41 ini, Allah menerangkan tentang bahtera Nabi Nuh as yang
juga memberi kepadanya pengetahuan tentang cara pembuatan perahu itu hingga
dapat digunakan. Kemudian, dalam ayat 42 Allah juga menerangkan tentang
informasi aneka alat transformasi yang dapat digunakan manusia. Semua informasi
Allah itu dapat kita lihat dan kita rasakan keberadaannya.
teknologi dan manusia tentu tidak dapat dilepaskan di zaman yang seperti ini dimana hampir setiap pekerjaan, kegiatan, bahkan di kehidupan sehari hari saja teknologi memiliki peranan penting, karena itulah kita harus pintar pintar dalam menggunakan teknologi di zaman yang serba canggih ini. bukan sesuatu hal yang tidak mungkin jika teknologi dapat membawa kita ke jalan kemaksiatan. karena ada beberapa teknologi yang dampaknya jika tidak digunakan dengan baik akan menjerumuskan kita kepada kemaksiatan tapi sepenuhnya sebuah teknologi diciptakan untuk kebaikan semua umat manusia.
referensi
tafsirweb.com
Ahmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman (Jakarta:
PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), hal. 6.
Quraish Shisab, Tafsir al-Misbah volume II (Jakarta: Lentera Hati,
2002), hal. 544.
Komentar
Posting Komentar